05 Aug 2025
34
Ajukan Pertanyaan
Bagaimana Mengatasi Siswa yang Sering Membantah dan Tidak Hormat Saat Guru Menegur?
eguru digital bertanya
Saya mengajar di kelas VII dan ada beberapa siswa yang cukup sulit dikelola, terutama saat saya memberikan teguran. Baru-baru ini, saat saya menegur seorang siswa karena sedang asyik main HP selama penjelasan materi, dia malah menjawab dengan nada tinggi, “Saya kan belum selesai, Bu!” Kejadian seperti ini bukan kali pertama. Beberapa kali siswa membalas teguran saya dengan jawaban yang kurang sopan, bahkan di depan kelas. Saya coba tetap tenang, tapi lama-lama jadi khawatir jika sikap mereka semakin tidak menghormati guru. Saya juga merasa kehilangan pegangan karena beberapa siswa lain mulai meniru sikap tersebut. Padahal saya ingin tetap tegas namun tetap bisa menjadi guru yang disenangi dan dihormati. Pertanyaan saya: Bagaimana cara menghadapi siswa yang suka membantah saat ditegur, agar suasana kelas tetap kondusif dan hubungan guru-siswa tetap baik?
Dijawab oleh Nailul Faza
"Ibu Guru yang baik hati,
Saya benar-benar memahami perasaan Ibu. Situasi seperti ini memang bisa sangat menguras emosi, apalagi ketika kita sudah berusaha bersikap sabar tapi respon siswa justru semakin tidak terkendali. Jangan khawatir, ini adalah tantangan yang banyak dialami guru, dan ada beberapa strategi yang bisa Ibu coba untuk mengubah dinamika kelas secara bertahap.
1. Tetap Tenang, tapi Jangan Abaikan Sikap Tidak Sopan
Saat siswa membantah dengan nada tinggi, tahan diri untuk tidak bereaksi emosional. Tarik napas dalam-dalam, lalu katakan dengan suara rendah tapi tegas:
“Kakak, Ibu paham kamu mungkin sedang tidak nyaman, tapi berbicara dengan nada seperti itu tidak bisa Ibu terima. Kita bicara baik-baik, ya.”
Jika siswa terus membantah, tunda diskusi:
“Kita lanjutkan ini nanti setelah kelas, ya. Sekarang, HP-nya Ibu simpan dulu.”
2. Gunakan Pendekatan Privat Setelah Kelas
Siswa sering kali bersikap defensif di depan teman-temannya karena ingin "tampil berani". Setelah kelas selesai, ajak siswa tersebut bicara berdua:
“Tadi Ibu perhatikan kamu kesal saat ditegur. Ada yang ingin kamu sampaikan? Ibu ingin mendengar sisi ceritamu.”
Dengarkan tanpa interupsi, lalu sampaikan ekspektasi Ibu:
“Ibu mau kita bisa bekerja sama. Kalau kamu tidak suka cara Ibu menegur, boleh kasih masukan, tapi dengan bahasa yang sopan, ya.”
3. Konsistensi dan Konsekuensi yang Jelas
Buat peraturan kelas bersama siswa di awal pertemuan, termasuk konsekuensi jika melanggar (misal: mengumpulkan HP sementara, tugas tambahan).
Jika ada siswa yang membantah, ingatkan pada peraturan yang sudah disepakati:
“Kita sudah sepakat, kan, bahwa HP hanya digunakan untuk tugas? Kalau aturan dilanggar, ada konsekuensinya.”
4. Bangun Kedekatan Emosional
Siswa yang sulit diatur seringkali merasa tidak diperhatikan. Coba luangkan waktu 2-3 menit sebelum/pulang kelas untuk tanya kabar mereka secara personal:
“Dek, akhir-akhir ini Ibu lihat kamu sering pegang HP. Ada masalah atau butuh bantuan?”
Kadang, sikap mereka adalah cara mencari perhatian. Jika mereka merasa dihargai, perlahan akan lebih menghormati Ibu.
5. Libatkan Siswa Lain untuk Menciptakan Norma Positif
Saat ada siswa yang membantah, alihkan ke siswa lain:
“Apa pendapat teman-teman tentang penggunaan HP saat pelajaran?”
Tekankan bahwa kelas yang kondusif adalah tanggung jawab bersama.
6. Refleksi Diri: Apakah Teguran Ibu Sudah Tepat?
Kadang, siswa bereaksi negatif karena merasa ditegur secara publik atau dengan kata-kata yang terdengar menghakimi. Coba evaluasi:
Gunakan kalimat “Ayo kita fokus” alih-alih “Jangan main HP!”.
Beri pilihan: “Kamu mau simpan HP-nya sekarang atau Ibu yang pegang?”
Jika Situasi Tidak Membaik…
Diskusikan dengan wali kelas/orang tua untuk mencari akar masalah (misal: gangguan emosional, masalah keluarga).
Jangan ragu meminta bantuan rekan guru atau konselor sekolah.
Ibu Guru, perubahan tidak akan terjadi dalam semalam. Tapi dengan konsistensi dan pendekatan yang empatik, perlahan siswa akan belajar menghargai batasan. Ibu sudah melakukan yang terbaik, dan tidak apa-apa merasa lelah. Sesekali, beri diri Ibu waktu untuk istirahat juga, ya.
Semoga kelas Ibu semakin membaik. Jika butuh diskusi lebih lanjut, saya selalu siap mendengar.
Saya benar-benar memahami perasaan Ibu. Situasi seperti ini memang bisa sangat menguras emosi, apalagi ketika kita sudah berusaha bersikap sabar tapi respon siswa justru semakin tidak terkendali. Jangan khawatir, ini adalah tantangan yang banyak dialami guru, dan ada beberapa strategi yang bisa Ibu coba untuk mengubah dinamika kelas secara bertahap.
1. Tetap Tenang, tapi Jangan Abaikan Sikap Tidak Sopan
Saat siswa membantah dengan nada tinggi, tahan diri untuk tidak bereaksi emosional. Tarik napas dalam-dalam, lalu katakan dengan suara rendah tapi tegas:
“Kakak, Ibu paham kamu mungkin sedang tidak nyaman, tapi berbicara dengan nada seperti itu tidak bisa Ibu terima. Kita bicara baik-baik, ya.”
Jika siswa terus membantah, tunda diskusi:
“Kita lanjutkan ini nanti setelah kelas, ya. Sekarang, HP-nya Ibu simpan dulu.”
2. Gunakan Pendekatan Privat Setelah Kelas
Siswa sering kali bersikap defensif di depan teman-temannya karena ingin "tampil berani". Setelah kelas selesai, ajak siswa tersebut bicara berdua:
“Tadi Ibu perhatikan kamu kesal saat ditegur. Ada yang ingin kamu sampaikan? Ibu ingin mendengar sisi ceritamu.”
Dengarkan tanpa interupsi, lalu sampaikan ekspektasi Ibu:
“Ibu mau kita bisa bekerja sama. Kalau kamu tidak suka cara Ibu menegur, boleh kasih masukan, tapi dengan bahasa yang sopan, ya.”
3. Konsistensi dan Konsekuensi yang Jelas
Buat peraturan kelas bersama siswa di awal pertemuan, termasuk konsekuensi jika melanggar (misal: mengumpulkan HP sementara, tugas tambahan).
Jika ada siswa yang membantah, ingatkan pada peraturan yang sudah disepakati:
“Kita sudah sepakat, kan, bahwa HP hanya digunakan untuk tugas? Kalau aturan dilanggar, ada konsekuensinya.”
4. Bangun Kedekatan Emosional
Siswa yang sulit diatur seringkali merasa tidak diperhatikan. Coba luangkan waktu 2-3 menit sebelum/pulang kelas untuk tanya kabar mereka secara personal:
“Dek, akhir-akhir ini Ibu lihat kamu sering pegang HP. Ada masalah atau butuh bantuan?”
Kadang, sikap mereka adalah cara mencari perhatian. Jika mereka merasa dihargai, perlahan akan lebih menghormati Ibu.
5. Libatkan Siswa Lain untuk Menciptakan Norma Positif
Saat ada siswa yang membantah, alihkan ke siswa lain:
“Apa pendapat teman-teman tentang penggunaan HP saat pelajaran?”
Tekankan bahwa kelas yang kondusif adalah tanggung jawab bersama.
6. Refleksi Diri: Apakah Teguran Ibu Sudah Tepat?
Kadang, siswa bereaksi negatif karena merasa ditegur secara publik atau dengan kata-kata yang terdengar menghakimi. Coba evaluasi:
Gunakan kalimat “Ayo kita fokus” alih-alih “Jangan main HP!”.
Beri pilihan: “Kamu mau simpan HP-nya sekarang atau Ibu yang pegang?”
Jika Situasi Tidak Membaik…
Diskusikan dengan wali kelas/orang tua untuk mencari akar masalah (misal: gangguan emosional, masalah keluarga).
Jangan ragu meminta bantuan rekan guru atau konselor sekolah.
Ibu Guru, perubahan tidak akan terjadi dalam semalam. Tapi dengan konsistensi dan pendekatan yang empatik, perlahan siswa akan belajar menghargai batasan. Ibu sudah melakukan yang terbaik, dan tidak apa-apa merasa lelah. Sesekali, beri diri Ibu waktu untuk istirahat juga, ya.
Semoga kelas Ibu semakin membaik. Jika butuh diskusi lebih lanjut, saya selalu siap mendengar.
2
Tanggal Jawaban: 11 Jun 2025 01:17
Dijawab oleh Echa - Asisten e-Guru
Saya paham sekali perasaan Ibu sudah berusaha sabar dan tegas, tapi malah dibalas dengan sikap kurang sopan. Itu bisa sangat menguras emosi dan membuat kita bertanya-tanya, "Salah saya di mana?" Tapi justru di momen seperti itu, ketenangan Ibu adalah kunci. Saat siswa membantah, usahakan jangan langsung bereaksi. Tunda respon, ambil napas, lalu ajak bicara empat mata setelah kelas usai. Tujuannya bukan menghukum, tapi membangun hubungan. Sering kali, anak-anak seperti itu sebenarnya sedang butuh perhatian, hanya saja mereka mengekspresikannya dengan cara yang keliru.
Untuk menjaga wibawa dan tetap disenangi, Ibu bisa menetapkan aturan kelas bersama siswa di awal semester—agar mereka merasa punya andil dalam suasana belajar. Saat aturan dilanggar, cukup tunjukkan konsistensi, bukan kemarahan. Kadang, ketegasan yang tenang justru lebih dihormati daripada suara keras. Dan yang terpenting, tetaplah hadir dengan hati. Siswa bisa membantah kata-kata kita, tapi mereka tidak bisa menolak ketulusan.
Untuk menjaga wibawa dan tetap disenangi, Ibu bisa menetapkan aturan kelas bersama siswa di awal semester—agar mereka merasa punya andil dalam suasana belajar. Saat aturan dilanggar, cukup tunjukkan konsistensi, bukan kemarahan. Kadang, ketegasan yang tenang justru lebih dihormati daripada suara keras. Dan yang terpenting, tetaplah hadir dengan hati. Siswa bisa membantah kata-kata kita, tapi mereka tidak bisa menolak ketulusan.
0
Tanggal Jawaban: 13 Jun 2025 00:45