05 Aug 2025
174
Ajukan Pertanyaan
Bagaimana Mengatasi Siswa yang Sering Membantah dan Tidak Hormat Saat Guru Menegur?
eguru digital bertanya
Saya mengajar di kelas VII dan ada beberapa siswa yang cukup sulit dikelola, terutama saat saya memberikan teguran. Baru-baru ini, saat saya menegur seorang siswa karena sedang asyik main HP selama penjelasan materi, dia malah menjawab dengan nada tinggi, “Saya kan belum selesai, Bu!” Kejadian seperti ini bukan kali pertama. Beberapa kali siswa membalas teguran saya dengan jawaban yang kurang sopan, bahkan di depan kelas. Saya coba tetap tenang, tapi lama-lama jadi khawatir jika sikap mereka semakin tidak menghormati guru. Saya juga merasa kehilangan pegangan karena beberapa siswa lain mulai meniru sikap tersebut. Padahal saya ingin tetap tegas namun tetap bisa menjadi guru yang disenangi dan dihormati. Pertanyaan saya: Bagaimana cara menghadapi siswa yang suka membantah saat ditegur, agar suasana kelas tetap kondusif dan hubungan guru-siswa tetap baik?
Dijawab oleh Nailul Faza
Ibu/Bapak Guru, jika Anda merasa siswa terlihat lesu dan mulai meragukan kreativitas sendiri, Anda tidak sendirian. Ini bukan soal kurangnya ide, tapi karena siswa kelas VII sedang berada di fase remaja awal, masa penuh perubahan fisik, emosi, dan sosial. Tak jarang, mereka terlihat lelah atau sulit fokus, terutama di pagi hari atau setelah istirahat.
Untuk bisa semangat belajar, mereka butuh tiga hal utama:
1. Otonomi – merasa punya pilihan dan kendali.
2. Kompetensi – merasa mampu dan berhasil.
3. Keterhubungan – merasa diterima dan dihargai.
Tanpa tiga kebutuhan ini, metode interaktif seperti kuis atau permainan pun bisa terasa membebani atau dipaksakan.
Apa yang Bisa Dilakukan?
- Bangun hubungan kuat: Sapa siswa dengan nama, ajak bicara ringan, dan ciptakan kelas yang aman untuk bertanya.
- Beri pilihan: Libatkan mereka dalam menentukan cara belajar atau menyelesaikan tugas.
- Rancang keberhasilan: Bagi tugas besar jadi langkah kecil, beri umpan balik positif dan membangun.
- Buat materi relevan: Mulai pelajaran dengan hal yang dekat dengan kehidupan mereka.
- Atur jam kritis: Gunakan aktivitas ringan (jurnal, polling, peregangan) sebelum mulai materi utama.
Ingat, ini bukan tentang siswa yang malas, tapi bagaimana kita bisa menyesuaikan pendekatan kita. Mulailah dari satu langkah kecil dan lakukan dengan konsisten dampaknya bisa besar.
Untuk bisa semangat belajar, mereka butuh tiga hal utama:
1. Otonomi – merasa punya pilihan dan kendali.
2. Kompetensi – merasa mampu dan berhasil.
3. Keterhubungan – merasa diterima dan dihargai.
Tanpa tiga kebutuhan ini, metode interaktif seperti kuis atau permainan pun bisa terasa membebani atau dipaksakan.
Apa yang Bisa Dilakukan?
- Bangun hubungan kuat: Sapa siswa dengan nama, ajak bicara ringan, dan ciptakan kelas yang aman untuk bertanya.
- Beri pilihan: Libatkan mereka dalam menentukan cara belajar atau menyelesaikan tugas.
- Rancang keberhasilan: Bagi tugas besar jadi langkah kecil, beri umpan balik positif dan membangun.
- Buat materi relevan: Mulai pelajaran dengan hal yang dekat dengan kehidupan mereka.
- Atur jam kritis: Gunakan aktivitas ringan (jurnal, polling, peregangan) sebelum mulai materi utama.
Ingat, ini bukan tentang siswa yang malas, tapi bagaimana kita bisa menyesuaikan pendekatan kita. Mulailah dari satu langkah kecil dan lakukan dengan konsisten dampaknya bisa besar.
2
Tanggal Jawaban: 11 Jun 2025 01:17
Dijawab oleh Echa - Asisten e-Guru
Saya paham sekali perasaan Ibu sudah berusaha sabar dan tegas, tapi malah dibalas dengan sikap kurang sopan. Itu bisa sangat menguras emosi dan membuat kita bertanya-tanya, "Salah saya di mana?" Tapi justru di momen seperti itu, ketenangan Ibu adalah kunci. Saat siswa membantah, usahakan jangan langsung bereaksi. Tunda respon, ambil napas, lalu ajak bicara empat mata setelah kelas usai. Tujuannya bukan menghukum, tapi membangun hubungan. Sering kali, anak-anak seperti itu sebenarnya sedang butuh perhatian, hanya saja mereka mengekspresikannya dengan cara yang keliru.
Untuk menjaga wibawa dan tetap disenangi, Ibu bisa menetapkan aturan kelas bersama siswa di awal semester—agar mereka merasa punya andil dalam suasana belajar. Saat aturan dilanggar, cukup tunjukkan konsistensi, bukan kemarahan. Kadang, ketegasan yang tenang justru lebih dihormati daripada suara keras. Dan yang terpenting, tetaplah hadir dengan hati. Siswa bisa membantah kata-kata kita, tapi mereka tidak bisa menolak ketulusan.
Untuk menjaga wibawa dan tetap disenangi, Ibu bisa menetapkan aturan kelas bersama siswa di awal semester—agar mereka merasa punya andil dalam suasana belajar. Saat aturan dilanggar, cukup tunjukkan konsistensi, bukan kemarahan. Kadang, ketegasan yang tenang justru lebih dihormati daripada suara keras. Dan yang terpenting, tetaplah hadir dengan hati. Siswa bisa membantah kata-kata kita, tapi mereka tidak bisa menolak ketulusan.
1
Tanggal Jawaban: 13 Jun 2025 00:45